Minggu, 02 Oktober 2011

Basil: Ocimum Basilicum

Kalau mendengar nama latin Basil, saya selalu teringat daerah jajahan Romawi, entah dimana lah. Bukan, bukan Galia. Yang jelas memang agak mengingatkan cerita komik Asterix dan Obelix sih. Menggunakan Basil pada masakan, buat saya seperti menggunakan Cilantro. Teman saya malah ada yang jahat, bilang kalau cilantro itu mirip bau tumbila. Untuk yang tidak mengalami kasur lembab dan berkutu busuk, mungkin tidak tahu bau tumbila itu seperti apa. Cilantro itu kadang membingungkan, harus suka atau tidak suka pada bau dan rasanya.

Saya pernah nekat membuat lasagna, dengan banyak, banyak, banyak sekali basil. Niru gambar yang saya cari via google, warna hijau pada keju yang melelehnya menarik sekali. Tapi ternyata terlalu banyak basil rasanya aneh juga, bisa dibilang "the flavor..it tastes like I’m eating a plant." Dari pengalaman itu saya pakai basil secukupnya saja. Tapi tidak menghilangkan kecintaan saya pada basil. Basil lokal atau kemangi sering saya gunakan banyaaak sekali pada pepes ikan peda, atau ikan mas. Makin banyak kemanginya makin oke.

Jenis Basil yang saya miliki sekarang, sehubungan dengan hobi menanam herbs saya yang kebablasan, ada cukup banyak juga. Basil Genovese, standar untuk masakan Italia. Konon asalnya dari daerah Genoa,  Italia, makanya disebut Genovese. Basil Italian Large, atau Sweet Basil, mirip dengan Genovese Basil, tapi rasa dan baunya lebih "mild". Ada juga Clove Scented Basil, benar-benar berbau cengkeh. Belum pernah saya pakai untuk masak, kadang kalau saya sedang berkebun, saya kunyah-kunyah saja karena baunya enak. Lalu ada Basil Purple Ruffle, warnanya ungu tua, kalau kena banyak sinar matahari, kalau kurang, ya jadi hijau. Atau jadi hijau bintik-bintik ungu, kalau dia plin plan antara ingin ungu atau ingin jadi hijau.  Basil kesayangan saya, ada Basil Minette, atau Greek Yevani Basil, daunnya mungil sekali, benar-benar kecil, lalu tumbuhnya menyemak bulat jadi cantik sekali untuk hiasan kebun.

Selanjutnya ada Cinnamon Basil, Licorice Basil, Lemon Basil, dari namanya ketahuan baunya seperti apa.  Lalu ada Siam Queen Basil, yang saya cari bibitnya karena bunganya bagus seperti mahkota. Napoletana Basil, daunnnya hijau muda dan keriting sekali, cantik untuk campuran salad, karena mirip dengan selada.  Kesayangan saya yang terakhir yaitu Mammoth Basil, daunnya besar sampai sebesar telapak tangan. Tapi sayang Mammoth Basil saya sudah RIP. Kemarin salah perlakuan dengan kebanyak nyiram hingga akarnya busuk. Memang too much love will kill Basil, sepertinya engga salah.  Basil memang senang disiram air tapi tidak becek dan tergenang.  Mammoth Basil rasanya seperti Genovese Basil, sehingga cocok untuk pizza, spaghetti dan lain-lain Italian Food, tapi karena gede suka dijadikan campuran salad juga.

Ini foto mengenang Mammoth Basil saya, saat ini saya lagi menanam kembali bijinya. Semoga cepat besar.

1 komentar:

  1. Wah jadi pengen ngikut juga saya teh mira, boleh ni nanya. kalo ampe jogja kira kira berapa biaya yang mesti ku keluarin untuk tanaman tersebut ya...
    maturnuwun

    BalasHapus